Selasa, 15 Maret 2016

Ust. Iwan Januar: Jangan Jadi Remaja ‘CuPu’ (Culun Punya)

Keluarga bagi remaja itu ibarat lagi haus tengah hari bolong ada yang ngasih air mineral gelas yang dingin, nyess! Remaja tanpa keluarga bakal kehilangan banyak episode istimewa dalam kehidupannya. Lantaran keluarga menjadi tempat remaja tumbuh dan berkembang. Nah, edisi kali ini redaksi nodong Ust. Iwan Januar, pemerhati masalah keluarga untuk berbagi seputar remaja dan keluarga. Simak yuk!
Bagaimana Ustadz melihat kondisi remaja sekarang? Sisi negatif dan positifnya?
Alhamdulillah, sebagian remaja muslim di Indonesia sudah melihat Islam sebagai identitas. Mereka bangga jadi rohis, berhijab, ikut kajian-kajian keislaman, dsb. Sebagian lagi punya prestasi yang membanggakan di level nasional bahkan internasional. Juara olimpiade sains beberapa kali, punya penemuan keren seperti kulkas tanpa listrik. Ada perkembangan yang menggembirakan.
Kalau bicara negatifnya pasti ada saja. Repotnya jumlah mereka yang nakal atau malah berbuat kriminal itu masih jauh lebih besar. Selain itu kualitas kejahatannya juga semakin memprihatinkan. Pakai narkoba, ikut kelompok kejahatan seperti gang motor, membunuh, memperkosa, dll.
Seringkali media massa memberitakan kenakalan remaja, komentar Ustadz?
Untuk membangun awareness pemberitaan itu perlu, biar orang tua, masyarakat dan pemerintah sadar bahwa pembangunan itu hampir-hampir tak berpihak pada remaja kecuali sektor formal seperti sekolah. Tapi pemberitaan harus ada kode etik dan memperhatikan faktor psikologi. Misalnya jangan memberitakan kriminalitas remaja secara vulgar karena malah nanti bisa menjadi stimulan buat remaja lain. Jadi copy cat, ditiru.
Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap perilaku negatif remaja menurut Ustadz? Teman? Media? Sekolah?
Yang mempengaruhi karakter remaja itu kompleks dan saling melengkapi. Orang tua jelas berperan karena dari sanalah pendidikan bermula. Orang tua yang baik akan menanamkan visi dan misi hidup yang benar, mencari ridlo Allah, dst. Ini introspeksi untuk orang tua, sudah belum seperti itu.
Berikutnya lingkungan pergaulan dan lingkungan mereka tinggal seperti lingkungan rumah, sekolah, tempat bermain, termasuk media massa. Ini berpengaruh banget. Apalagi kalau di rumah orang tua tak membangun karakter Islami yang kuat maka remaja akan mudah terpengaruh.
Bagaimana dengan keluarga, seperti apa peran penting keluarga bagi remaja?
Ust. Iwan Januar (Penulis Buku Seputar Keluarga) “…Jangan Jadi Remaja ‘CuPu’ (Culun Punya) ..!” - MAJALAHDRISE.COMKeluarga itu pembentuk karakter anak yang paling utama dan pertama. Harusnya dari rumah remaja sudah tahu tujuan hidup, visi hidup dan pedoman hidup itu apa; yakni Islam. Di rumah remaja harusnya bisa mendapatkan gemblengan kedisplinan, kasih sayang dan kemandirian dari kedua orang tua. Nggak salah kalau Nabi saw. Bilang orang tualah yang bisa membuat anak menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Kita sering mendengar remaja broken home. Menurut Ustadz, seperti apa remaja broken home? Penyebabnya?
Broken home itu remaja yang gagal mendapatkan perhatian, pendidikan dan kasih sayang di rumah. Ini bisa menimpa remaja mana saja, bukan Cuma remaja yang orang tuanya bercerai, tapi remaja yang kedua atau salah satu orang tuanya tidak memberikan tiga faktor itu pada anak-anaknya. Nah, ini penyebab remaja mengalami broken home, efeknya emosinya menjadi labil. Suka cari perhatian, emosional, antisosial, dsb.
Remaja broken home sering dikaitkan dengan perilaku remaja yang negatif. Menurut ustadz?
Ya, kalau tak ada yang melindungi dan membangun karakternya bisa begitu. Tapi kalau ada yang bisa menstabilkan kepribadiannya misalnya ibu atau ayahnya, atau kerabatnya, ia bisa survive dan stabil. Tapi kalau tak ada yang membantunya maka emosinya akan labil. Karena remaja itu manusia, dan manusia itu butuh perhatian, pendidikan dan kasih sayang dari orang terdekatnya, kalau tak ada maka ia mengalami guncangan.
Bagaimana membangun keluarga yang berpengaruh positif terhadap perilaku remaja? Peran Ibu dan Bapak?
Untuk membangun keluarga yang baik butuh sinergi suami dan istri. Sinergi itu baru dapat kalau chemistry-nya kena. Chemistry itu akan datang kalau keduanya punya standar hidup yang sama dan benar. Jadi kalau ingin membangun keluarga yang baik, carilah pasangan yang punya standar hidup yang sama dan benar. Kalau beda, berat untuk menjalankan roda keluarga.
Seringkali kita lihat hubungan yang kurang harmonis antara orangtua dan anak. Kenapa ya Ustadz? Gimana solusinya?
Bisa dua hal; pertama, orang tua tidak memiliki pengetahuan cukup untuk membimbing anak. Karenanya menjadi orang tua perlu ilmu, perlua manual guide, perlu belajar. Jadi orang tua itu tidak alami. Ketika itu tidak dimiliki orang tua akan serampangan mendidik anak, paling pol yang mereka perhatikan prestasi akademik, gizinya dan ibadahnya, tapi nggak dengan pemahaman hidup.
Kedua, orang tua gak mampu berkomunikasi secara baik dengan anak. Ada orang tua niatnya baik tapi caranya otoriter, suka mencela, gampang marah, dsb. Kalau seperti ini, biarpun orang tuanya hafal al-Quran tapi akan kesulitan mendidik anak-anaknya.
Apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi ketidakharmonisan keluarga yang berpengaruh terhadap kenakalan remaja?
Harus ada perubahan nilai-nilai sosial secara massif. Buang hedonisme atau sikap mendewa-dewakan materi. Sekarang ini kan semua diukur dengan materi dan fisik. Berikutnya adalah campakkan sekulerisme, jangan dijadikan sebagai falsafah kehidupan. Pancasila itu kan Cuma dijadikan tameng oleh kaum sekuler. Mereka mengaku cinta Pancasila tapi sebenarnya yang mereka bela itu sekulerisme. Dengan dalih itu kaum sekuler lalu menghantam agama Islam. Nah, sekulerisme ini wajib untuk dibuang.
Terakhir, apa pesan Ustdz untuk teman-teman remaja pembaca Drise?
Jangan jadi remaja cupu — culun punya –. Muslim tapi kagak ngarti agamanya sendiri. Gak ngerti tujuan hidup. Itu kan cupu banget. Miliki tujuan penting dalam hidup dan bangga jadi muslim. Selanjutnya pahami dan terapkan Islam dalam kehidupan.
Beliau adalah penulis aktif ini  Karya Tulis beliau
Penerbit Gema Insani Press
  1. Jangan Jadi Bebek (sebagai editor)
  2. Jangan Jadi Seleb
  3. Jangan Nodai Cinta
  4. Surga Juga Buat Remaja, Lho!
  5. Be Positive Be Happy
  6. Game Mania
  7. Sex Before Married 1 & 2
  8. Bukan Pernikahan Cinderellah
  9. Surga Itu Dekat
  10. Remaja Smart Finansial

Penerbit Al Azhar Press
  1. Ternyata Bersuami Itu Menyenangkan
  2. Ternyata Beristri Itu Menyenangkan
  3. Pernikahan Ideologis; Barakah & Perlu
  4. Ketika Cinta Tak Berbalas
  5. High Quality Jomblo
  6. Ketika Uang Jadi Masalah
  7. Etika Seks Islam
  8. Jendela Rumah Rasulullah
  9. Ketika Uang Jadi Masalah
  10. Double Income; Berkah atau Musibah?
  11. Mendengarkan Itu Indah
  12. Penghalang-Penghalang Doa
  13. Antara Kerja dan Dakwah
  14. Menjadi Pembina Ideal
  15. Berbakti Pada Orang Tua
Penerbit Fikri Publishing
Mulder & Scully
Penerbit Arkan Leema Bandung
Asmaul Husna for Teens
Penerbit MIZAN
  1. Cowok, Be Gentle
Penerbit Lain
Quantum Doa
Penerbit SALAMADANI
  1. Ledakan Potensi Manusia
di muat di Majalah Remaja Islam Drise Edisi #42

0 komentar:

Posting Komentar